Senin, 03 Juni 2024

Entry 5 - Konsep Pembinaan Keimanan

 Tanggal Pertemuan: 25 Maret 2024

A. Pengertian Keimanan

Pengertian keimanan diambil dari kata imanan merupakan bentuk masdar dari kata amana, yang memiliki arti percaya dan kepercayaaan. Percaya berarti menggambarkan sikap jiwa seseorang yang meyakini sesuatu yang dipercayai kebenarannya, sedang kepercayaan adalah obyek dari sikap mempercayai, atau sebagai sesuatu yang diyakininya. Secara istilah keimanan didefinisikan sebagai pernyatan keyakinan dengan lisan, dibenarkan dengan hatinya, dan dilaksanakan dengan anggota badannya. 

Keimanan menurut Shobir Tho’imah tidak cukup dengan sekedar keyakinan pada umumnya, melainkan harus menjadi keyakinan yang pasti dan hakiki, bulat dan kokoh, tidak ada lagi sedikitpun keraguan dan tidak lagi ada diskusi dan bertanya-tanya dalam keimanannya (Ainain, 1980: 177). Berdasar pengertian ini maka seseorang baru dapat dinyatakan memiliki keimanan manakala keimanan itu sudah menjadi akidah, secara bulat menerima dan menjalankan konsekwensi keimanan dan menolak semua yang dapat membatalkan keimanan.

B. Prinsip Keimanan

Keimanan merupakan perkara yang harus dipegang teguh bagi yang seorang baru mengawali berislam, yang mau memproses dalam kehidupannya sebagai muslim, dan harus dipegang juga sebagai akhir dari kehidupannya. Keimanan sebagai langkah awal yang pertama harus ditempuh, oleh karenanya setiap muslim diwajibkan membaca kalimah syahadat la ilaha illallah. Keimanan dijadikan yang pertama harus ditanamakan, sehingga Rasulallah saw berpesan kepada Muadz mau dakwah ke yaman: “Kamu akan mendatangi kaum ahli kitab. Oleh karena itu, hendaknya hal pertama yang kamu serukan kepada mereka adalah , bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah” (Fathul Bari, 3: 1496). 

Keimanan kepada Allah Swt menjadi pertama yang harus diyakini umat Islam. Keimanan juga harus diwujudkan dalam menjalankan aktivitas hidup, agar hidup terarah dengan benar dan terbebas dari kemaksiatan dan kemusyrikan. Demikian juga keimanan harus menjadi akhir hidup, dengan menutup kehidupan dengan kalimah la ilaha illallah.

Di antara syarat keimanan akan keesaan Allah Swt adalah sebagai berikut:

1. Memahami maknanya keimanan, yakni tidak ada yang hak diibadahi kecuali hanya Allah Swt. 

2. Memiliki keyakinan yang bulat bahwa tiada yang hak diibadahi kecuali Allah Swt. Karena keimanan harus menghilangkan keraguan, bukan sekedar prasangka, dan pembiasaan. 

3. Menerima keimanan dengan hati,lisan dan perbuatan. Orang beriman harus menghilangkan sikap menolak nilai-nilai yang terkandung dalam keimanan. 

4. Menjalankan syariaat-Nya, keimanan yang sempurna akan menumbuhkan sikap hidup senantiaya menjalankan ibadah dan amal-amalnya berdasar syariat Allah Swt., dan tidak akan mau mengamalkan apapun yang tidak sesuai/tidak ada rujukaknya pada dalil yang dibenarkan Islam. 

5. Memiliki sikap shidiq/jujur senantiasa sesuai antara apa yang ada di hati dengan yang diucapkan, dan menghindari perilaku kemunafikan.

 6. Memiliki sikap hidup ikhlas, yakni melakukan segala sesuatu atas dasar perintah Allah Swt. dan hanya berharap balasan dari keridaan-Nya. Menghindari segala jenis kemusyrikan baik yang besar maupun kemusyrikan yang kecil.

7. Mencintai keimanan, mencintai orang yang beriman. Kecintaan ini yang akan bisa jadi dasar terciptanya ukhuwah keimanan yang dapat memperkokoh persatuan ummat.


C. Ruang Lingkup Keimanan

Ruang lingkup keimanan mencakup rukun iman, yakni beriman kepada Allah Swt, beriman kepada Malaikat, beriman kepada Rasul, beriman kitab, beriman pada hari akhir dan beriman kepada qada dan qadar.

1. Beriman kepada Allah yakni dalam arti membenarkan eksistensi Allah Swt., bahwa Dia adalah pencipta langit dan bumi, memahami alam ghaib dan alam nyata, bahwa Allah Swt Tuhan segala sesuatu sekaligus pemiliknya, bahwa tidak ada yang hak di ibadahi selain Allah Swt., bahwa Allah Swt. Maha Agung dan bersih dari semua kekurangan (Aljaziri, 2006: 1).

2. Kedua, keimanan kepada Malaikat yakni meyakini bahwa mereka adalah makhluk yang sangat mulia, yang senantiasa patuh dengan tugas-tugas yang diberikan oleh Tuhannya. Di antara malaikat ada yang diberi tugas menjaga manusia, mencatat amal manusia, menjaga surga dan neraka, bertugas bertasbih di malam dan di siang hari. Meyakini juga bahwa Allah Swt. melebihkan sebagian malaikat atas sebagian yang lain, ada malaikat yang dekat dengan-Nya seperti Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil (Aljaziri, 2006: 19 ).

3. Ketiga, beriman kepada Kitab Allah Swt yakni beriman kepada semua kitab yang pernah diturunkan Allah Swt., dan semua shuhuf yang diberikan kepa sebagaian Rasulnya saw. bahwa semua itu adalah firman-Nya yang diwahyukan sebagai syariat bagi ummatnya. Kitab terbesar dan sebagai kitab terakhir penyempurna/ paling sempurna adalah Alquran yang diturunkan kepada Rasul terakhir Muhammad saw. Alquran merupakan kitab teragung, pengendali kitab sebelumnya, penghapus syariat dan hukum-hukum kitab-kitab sebelumnya berdasarkan dalil-dalil yang qath’i.

(Konsekwensi keimanan kepada kitab sebelum Alquran dengan demikian sebatas meyakini bahwa kitab itu semua merupakan wahyu Allah juga, namun kitab itu sudah diganti dengan Alquran sebagai wahyu Allah Swt. yang diperuntukkan untuk ummat Muhammad sampai akhir zaman. Pedoman dan aturan hidup umat sekarang adalah Alquran, yang harus dibaca, dipahami, dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim.)

4. Iman kepada Rasul–Rasul Allah Swt. yakni meyakini bahwa Allah Swt. telah memilih di antara manusia sebagai rasul-rasul, untuk menerima dan menyampaikan wahyu sebagai pedoman hidup ummat dan sebagai hujah di akhirat nanti.

5. Iman kepada hari akhir yakni meyakini dunia ini mempunyai saat terakhir, kemudian datanglah kehidupan kedua yaitu kehidupan di akhirat. Pada hari itu Allah Swt. membangkitkan semua mahluk, mengumpulkan mereka untuk dikhisab dan diberi balasan sesuai dengan jenis amalnya. Hari kiamat dimulai dengan keluarnya Dajjal, Ya’jud dan Ma’jud, turunnya Nabi Isa as, keluarnya hewan besar, matahari terbit dari barat, dan tanda-tanda lainnya yang kemudian di tandai dengan suara sangkakala kebangkitan, dan pembagian buku catatan amal, dilanjutkan dengan timbangan amal, jembatan titian dan penetapan penghuni surga dan neraka.

6. Iman kepada qada dan qadar yakni meyakini bahwa Allah Swt. telah menetapkan segala sesuatu yang ada di alam semesta, tidak ada satupun kejadian di alam ini yang luput dari rencana dan pengawasannya. Meyakini bahwa Allah Swt. Maha Adil dalam takdir-Nya, maha bijaksanan dalam semua pengaturannya, dan tidak ada daya kekuatan kecuali dengan kekuatan-Nya.

Keimanan adalah aspek ajaran Islam yng harus diutamakan pembelajarannya, hal ini karena keimanan merupakan tonggak ketaan, dakwah utama para Rasul, dasar diterima sebagai seorang muslim, dan merupakan pangka seseorang akan mendapatkan keamanan dan petunjuk kebenaran.

Keimanan adalah fitrah yang telah diciptakan sebagai potensi yang dimiliki semua manusia. 

Penanaman keimanan dibelajarkan melalui,

1) penenaman keimanan harus diupayakan dari sejak anak usia dini, perlu penanaman yang berkesinambungan dan berjenjang. 

2) penanaman keimanan tidak hanya mengajarkan apa itu keimanan, melainkan harus sampai tertanam dalam lubuk hatinya ketauhidan, perasaan mengagungkan, perasan kepengawasan, perasaan kemaha rahmatan yang melekat kuat dalam setiap aktivitas dan keadaan. 

3) penanaman keimanan harus mengikuti tahapan dan strategi yang teruji kualitasnya, yang sudah diteladankan oleh Rasululah yang beliau dalam pembelajarannya mendapat bimbingan langsung wahyu Allah.

Pengajaran harus terhindar dari sekecil apapun yang justru dampaknya dapat mengotori akidah itu sendiri, sehingga media, sarana, materi dan lingkungan harus diseterilkan dari hal yang mengandung penyimpangan akidah.







0 komentar:

Posting Komentar